Minggu, 11 Januari 2015

Catatan Belukar

Tersebut pada sebuah hari dimana ada tiga manusia berkumpul. Tak ada yang berbeda dari mereka. Hanya saja jika kau bisa meraba hati mereka. Maka akan berbeda jauh. Sebuah hati sedang kelabu saat itu. Menrintih mencoba bertanya tanya dia pernah salah apa. Merasa sedang di acuhkan atau tidak ditanggapi merubah hatinya yang tadi jingga jadi kelabu.

Tersebut lagi seorang diantara mereka. Tak ada yang berbeda darinya. Ah mungkin yang pertama yang terlalu perasa. Atau memang dia memperlakukan berbeda. Tidak tau adanya. Hanya bisa mengira-ngira.

Hatinya kian lelah atas perasaan itu. Atas apa yang dirasa ingin sekali ku berkata. Dasar kau ini tak cukupkah membuat sedih diri sendiri. Bahwa kau mendahulukan prasangka di atas semua. Bahwa sebenarnya tidak pernah terjadi apa-apa di antara yang kedua. Bukan dirinya yang tidak bisa memahami dan bersifat seperti yang kau minta. Karena dirimu tetap dirimu. Dirinya tetaplah dirinya. Kau tak akan bisa memaksa dia menjadi kamu, atau juga sebaliknya.

Dan jika memang benar adanya. Jikalau hatimu memang sudah dianiaya. Maka tak perlu lah kau pikir apa buat yang telah dilakukannya, Tetap berbuat baiklah padanya. Apapun balasannya. Atau jika memang tidak bisa. Jangan pernah berbalas menyakitinya. Karena tetap sebuah contoh sudah dibuat.  Akhlakul Karimah hebatnya tak terbantah. Agama ini ditakdirkan berjaya bukan karena pedangnya. Namun dari kesederhanaan dan kesahajaannya. Dan engkau sebagai muslimah wajib menerapkannya.


Haduh

Sebenarnya blog ini dijadiin ajang aku nulis kalo lagi ga pingin di publish buat umum. Tapi somehow seorang teman tiba-tiba kepo. Dan tempat persembunyian pun terbongkar. Terus bingung. Nanti kalo mau ngumpet harus kemana lagi dong.