Kamis, 19 Maret 2015

Hujan

Karena hujan tak pernah lelah mengusik hati yang sedang kosong.

Butiran dari langit itu selalu  turun dengan ringannya. Seolah tak peduli dengan apa-apa saja yang dirasakan oleh makhluk di bumi. Baginya hanya satu. Diperintah turun maka meluncurlah tanpa beban. Menyambut gaya gravitasi. Berjumpa kembali dengan remah-remah bumi.

Malam ini seorang anak manusia cukup tergugah dengan hujan. Hawa dingin menembus kulit. Mengundang segala syaraf mengenang beberapa memori yang terjadi.

Karena bukan rindu yang dia rasakan. Layaknya seperti jiwa-jiwa lain saat menyambut hujan. Yang ada justru kosong. Hanya pertanyaan yang tersisa. Kenapa?

Kenapa harus berjumpa kalau semua berujung pada perpisahan?

Sang hujan pun diam tak berani sekalipun menyela. Tugasnya hanya turun. Pun sebenarnya anak itu tak pernah butuh jawaban.

Hanya guntur yang cukup ramah menemani anak itu. Setidaknya menenggelamkan gerutuannya agar langit tak mendengar sesuatu yang jauh lebih gila.

1 komentar: